Kamis, 31 Januari 2013

kencangkan tali ikatan kita, atau biarkan saja berserakan



saat ini saya sedang berada di sebuah ruang yang  jauh dari kata tenang, namun lagi lagi saya terpancing untuk memainkan imajinasi asal bicara yang bergejolak dalam tempurung otak yang sudah tidak lagi stuck.
akhirnya saya mencoba menciptakan tempat ini menjadi semacam ruang fantasi. Yeah!
Dalam ruangan ini saya setting menjadi sebuah panggung cerita, yang dipanggung tersebut hanya terdiri beberapa peran saja, isinya cuma sekumpulan lidi dan sebuah tali.


Al kisah di belahan bumi bagian barat terdapat kaum lidi, lidinya beranekaragam, tentu. Masing-masing dari lidi itu memiliki ciri khas yang berbeda-beda tapi tetap berbentuk lidi dan tidak keluar dari art,
mereka menancap dibeberapa tempat di bagian bumi sebelah barat, ditanah yang gambut sampai yang tandus hanya agar mampu berdiri dan menikmati hidup.
Sampai akhirnya setiap dari mereka merasakan lelah dan jenuh, karna segala hal yang monoton membuat mereka merasa dangkal.

Kemudian singkat cerita mereka saling dipertemukan oleh sang waktu, lalu satu persatu tanpa sadar menikmati perbincangan demi perbincangan yang syahdu, dibawah lampu temaran diantara senja dan malam. Tak perduli bagaimana keadaan mereka, meski dalam keadaan rebah mereka tetap merasa kuat, karna kebersamaan mereka kerap kali membuat mereka lupa pada sedu sedan yang mengharukan.

Pada suatu waktu di hangatnya perbincangan, tiba2 sebuah tali cantik melintas, lalu memperhatikan sekumpulan lidi-lidi itu dan tanpa canggung ia menwarkan diri, katanya
“perkenankan aku mempererat kalian dengan sebuah ikatan, yang akan membuat kalian berdiri bersama dalam sebuah ketulusan”.

“untuk apa?” celetuk salah satu tali yang berdiri paling depan.

seperti yang tadi ku bilang, untuk membuat kalian berdiri bersama, agar keberadaan kalian lebih memiliki arti.”  Jawab tali cantik itu.

“oke. baiklah!!”  para lidi serempak meng-iya-kan penwarannya, dan tali cantik itupun mulai membuat simpulnya yang indah.


seiring berjalannya waktu akhirnya tali itu benar-benar mampu menyatukan kebersamaan para lidi yang tadinya tercecer, kemdian menjadi kesatuan yang tampak sumringah, karna mereka bisa saling membantu satu sama lain untuk berdiri menikmati hidup ini. Mereka begitu menikmati perdetikan waktu yang menari bersama suara bising yang mereka ciptakan dari hasil tawa , canda dan nyanyian insan serta perjalanan2 yang menyenangkan. Sampai akhirnya dua diantara lidi-lidi itu melakukan kesalahan, dan BOOMM !!! tali cantik itu melepaskan ikatannya, seraya berkata “apa yang kalian lakukan?”

“maaf, sebelumnya kita sempat menemukan tali manis lalu membuat simpul yang persisi denganmu, tp karna ketidaknyamanan kita melepaskannya begitu saja.” Seru lidi itu.

‘oh.. pantas.” Sahut tali itu pelan.

“kenapa??”  Tanya lidi itu kebingungam. “Apa yang kita lakukan itu salah?’’ 

“memang yang kalian lakukan salah, tp mungkin juga salahku, aku lupa memperingati kalian, sebaiknya jangan ada ikatan dalam pertalian yang telah ku buat”.
 Tali itu menjelaskan. “karna yang aku takutkan bukan cara kalian menyimpulkan tali manis itu, melainkan ketika kalian melepaskannya tanpa ragu”

“maaf, lalu apa yang harus aku lakukan?? Aku ingin talimu menyimpul lagi dengan indah”

“maaf, tidak ada yang bisa ku lakukan, kecuali rekan se-lidi mu sudi berkenan. Jadi.. biarkan mereka yang menentukan. Kau cukup meminta pada Tuhan-mu agar sudi mengizinkan aku menyimpulkan lagi tali-taliku diantara kalian”



“jadi, aku harus menelan rindu ini sendiri, tersebab ikatanmu tak sekokoh tempo hari..”  jawab lidi itu datar.
 

Minggu, 27 Januari 2013

cermin usang

Menepilah sejenak, asala jangan bersandar dalam diam!


Hai kamu..
Apa enaknya beban hingga kau menikmatinya sampai kenyang ?
Apa bagusnya tenang jika pada akhirnya kau rasakan gusar dalam diam ?

Wahai kau perempuan dalam cermin usang . D E N G A R !

aku nggak suka kamu yg sinis, memendam emosi dan meledakannya di kamar, sendiri.
aku benci kamu yang egois, berfikir secara pragmatis beradegan begitu dramatis.
aku muak dengan senyumanmu, senyuman-senyuman yang tidak lagi kau design dari hati.

aku rindu kamu yang dulu , jiwa yang cerianya tanpa ragu tanpa sedikitpun menyimpan sendu.
Kembalilah… dan pahamilah, berjalan kedepan hanya akan membuatmu terjatuh jika kepalamu masih saja menengok ke belakang.

Selasa, 22 Januari 2013

makam luka terlupa


Wahai luka kenapa tiba-tiba kau hadir dan menghantuiku lagi?? Padahal pemakamanmu telah ku taburi bunga keikhlasan.
Apa kau bangkit  untuk menagih janji yg belum sempat terbayar?
Tapi apa?
Aku lupa.
Atau mungkin bunga-bungaku telah layu dan meninggalkan bau busuk yang mengganggu.
Maafkan aku.
Aku lupa mengunjungimu.

Ku mohon sebelum hisabmu mengudara, tetaplah terjaga.
meski bau busuk mengelilingi, meski tak ada seorangpun yang menaburi bunga lagi.
Tetaplah disana, jangan kemana-mana, apalagi menghantuiku di kala sepi.
Aku bisa hilang kendali jika bayanganmu kembali menari.

Pergilah..
Kau tak pantas ada disini,
tempatmu bersama mimpi-mimpi yang terbunuh tragis.
Tapi percayalah..
Aku akan sering datang untuk menaburi bunga dan memanjatkan do’a agar kau tenang disana.


Jakarta, Aku lupa aku luka