Selasa, 04 Desember 2012

sekedar imajiku yang ambigu

aku disudut bisu masi dalam lamunan yang menimang-nimang pilu, tapi ini bukan lagi tentang pilunya sendu, melainkan imajinasi yang ku mainkan sendiri dalam ruangku. Aku sebagai pemain sekaligus sutradara, peranku disini ganda makanya aku sangat antusias menikmatinya, hingga hamdallah aku jadikan akhir dari setiap adegan yang aku lakoni.
karna aku mampu berperan dan mengakui kebodohanku meski lewat adegan ini

…..

“memang hal seperti ini masih perlu dipermasalahkan?? Apa tidak ada masalah lain yang bisa kau selesaikan??”  nada bicaranya datar


“dengarlah, ini perkara yang memang harus kusampaikan pada tuan.”. wajahnya meratap


“sudahlah, aku sudah muak. Bagiku ini semua sudah selesai dan tak perlu lagi kau angkat ke permukaan.”. bergeser sedikit untuk memalingkan wajahnya


“tapi,  tuan tidak akan pernah mengerti, bagaimana deritaku memikul beban.”


“kau membicarakan tentang pengertian padaku?”
“memang apa yang kau mengerti dariku, coba ceritakan. Dan ingat aku benci wajah-wajah yang bersembunyi dalam tawa.”


“sesungguhnya  ingin sekail saya menyampaikan, namun tetiba firkiranku berubah. Aku khawatir kelak kau akan kembali menciptakan jarak.” Smbil mengehela nafas, ia tersenyum ” Biar kusimpan ini sendirian tanpa perlu kau tau aku kesakitan.”


“boleh ku samakan kau dg penipu.”


“tapi aku tidak membohongimu”. Membela diri.


“tapi kau membohongi dirimu”

diam, dan tersungkur malu dalam bisu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar