Senin, 07 Januari 2013

senja yang tak biasa


menjelang petang.
langit masih terang, dan matahari pun masih enggan berpulang. sementara aku juga masih enggan menolehkan pandangan, duduk berpangku tangan disudut ruang yang di penuhi lampu temaran yang sebagian masih padam, dalam dekapan sepi aku mencoba menguasai diri. sejenak menyerahkan diri pada lamunan yang meraih sisi tenangku, mengunci bagian-bagian peluhku, mengudarakan segenap angan-anganku. sungguh ternyata itu nyaman, sangaaat nyaman… tapi sebentar, sebenarnya isi kepalaku riuh tak berhenti memikirkan takdir yang terkadang datangnya tak mengetuk dan perginya tanpa permisi. jelas tak pantas ku menyalahkan takdir yang dirancang oleh Sang Maha Sempurna, dan terang sudah akulah yang ceroboh, mempermainkankan waktu yang jelas jelas tidak akan pernah bisa dirayu.


petang,
nanar.. mengadah ke langit  kurasakan mendung menyelimuti bagian tertinggi cakrawala dan tetiba aku mengkhawatirkan kalau kalau langit lebih menginginkan hitamnya berlari kencang dan meninggalkan orangenya sampai tak terkejar. hingga tak ada senja yang indah, tak ada merona yang mempesona. persis seperti kekhawtiranku akan waktu yang dilahap oleh si khilaf lalu kehilangan manisnya ampunan, dan sejuknya curahan rahmat. naudzubillah summa naudzubillah



tak ada naungan yg lebih aman, selain dari naungan-Mu dan tak ada pinta yang lebih istimewa selaih mengharap ridho-Mu, maka jadikanlah aku hamba yang Engkau Ridhoi, agar kelak aku pantas Engkau sandingkan dengan laki-laki yang Kau ridhoi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar